Minggu, April 06, 2014

Mitigasi Bencana

Kita telah melihat sebelumnya bahwa mitigasi bencana adalah tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari bencana.
Mitigasi BanjirMungkin masih segar di ingatan kita akan banjir yang terjadi di Jakarta pada awal tahun 2013. Banjir tersebut cukup merata hampir di seluruh wilayah Jakarta, dari perkampungan hingga kompleks Istana Kepresidenan pun kebanjiran. Curah hujan yang cukup tinggi membuat sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menampung banyaknya air. Menurut para ahli, banjir seharusnya tidak terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, lalu pertanyaan adalah kenapa Jakarta menjadi “langganan” banjir? Belajar dari pengalaman banjir tersebut, Gubernur Provinsi DKI Jakarta pun segera mengambil tindakan serta langkah-langkah untuk mengatasi / mengurangi dampak banjir yang “biasanya” selalu terjadi di Jakarta. Yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta itulah yang dinamakan dengan mitigasi bencana atau bisa juga dikatakan sebagai tindakan pencegahan.
Dari contoh banjir di atas dengan jumlah kerugian yang dialami, kita bisa menilai bahwa mitigasi sangat penting dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan.
Tindakan atau langkah-langkah mitigasi bencana bisa dilakukan secara struktural (misalnya membuat waduk) atau non-struktural (misalnya penggunaan zonasi lahan).
Berikut adalah beberapa contoh mitigasi bencana (yang dalam beberapa hal bisa juga masuk dalam kategori pencegahan) secara struktural:
  1. Mitigasi untuk banjir antara lain dengan membuat waduk, sumur serapan, revitalisasi sistem drainase, normalisasi sungai, dan sebagainya.
  2. Mitigasi untuk tanah longsor antara lain membuat parit di permukaan tanah, membuat beton dinding diafragma, membuat jangkar tanah, perbaikan tanah, dan sebagainya.
  3. Mitigasi untuk gempa bumi antara lain merancang struktur bangunan yang tahan gempa, evaluasi seismik bangunan dan komponennya, meningkatkan ketahanan gempa untuk bangunan  yang ada serta fasilitas infrastruktur, dan sebagainya.
  4. Mitigasi untuk kekeringan antara lain membuat bendungan dan waduk untuk bisa memasok air tambahan pada musim kering, desalinasi air laut, membuat kanal atau mengarahkan air sungai sebagai sumber irigasi di daerah rawan kekeringan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa contoh mitigasi (dalam beberapa hal bisa masuk juga dalam kategori pencegahan) non-struktural:
  1. Pemetaan resiko bencana atau ancaman bahaya.
  2. Meningkatkan upaya penggunaan lahan dan zonasi.
  3. Program peningkatan kesadaran masyarakat untuk mitigasi bencana.
  4. Membuat data nasional tentang sumber daya medis, dan sebagainya.

0 komentar: